Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Sunan Drajat

Simak ulasan tentang √ Biografi sunan Drajat, √ Ajaran sunan Drajat, √ nama asli sunan Drajat dan √ Karomah sunan Drajat berikut ini.


Sunan Drajat

Sunan-Derajat-Walisongo
Gambar Ilustrasi Sunan Drajat

Perkembangan islam di Indonesia mulai terlihat sekitar awal tahun 1400 Masehi. Ajaran islam dibawa oleh para pedagang dari Arab, Gujarat, Turki dan India.

Untuk itu agama islam masuk ke Indonesia kebanyakan terjadi di daerah sekitar pesisir pantai Sowan. Untuk di Jawa sendiri, agama islam mulai disyiarkan di kota-kota pesisir seperti Tuban, Gresik, Demak, Lamongan dan Surabaya.

Kemudian islam mulai diajarkan oleh para ulama yang tergabung dalam walisongo. Mereka mulai menyebarkan islam dengan membangun pesantren-pesantren yang menerima santri dari semua penjuru nusantara.

Salah satu orang berpengaruh dan dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa yakni Sunan Drajat atau sunan Derajat.

Beliau termasuk seorang wali yang namanya juga populer sebagai bagian dari anggota walisongo.

Keberhasilannya dalam mengembangkan agama Islam dibuktikan dengan adanya bangunan sejarah serta hasil karya akulturasi yang membuat Islam diterima masyarakat Jawa.

Untuk mengetahui lebih detail tentang ulasannya, silahkan simak ulasna berikut yang mengulas tentang biografi sunan Drajat dan Ajarannya.

Biografi Sunan Drajat

Nama populernya lebih dikenal sebagai Sunan Drajat, namun nama asilnya yakni Raden Qosim atau Raden Syarifuddin putra dari seorang wali yang terkenal juga, yakni Sunan Ampel.

Belum ada kepastian mengenai waktu kelahirannya, diperkirakan sekitar tahun 1470 M. Sunan Drajat juga bersaudara dengan anggota walisongo lainnya, yakni Sunan Bonang.

Biografi-Sunan-Derajat

Simak ringkasan biografi sunan Drajat berikut :

Biografi
Keterangan
Nama Asli Raden Qosim
Nama Lain Raden Syarifuddin
Sunan Mayang Madu
Sunan Mahmud
Sunan Muryapada
Maulana Hasyim
Syekh Masakeh
Raden Imam
Nama Ibu Nyai Ageng Manila
Nama Ayah Raden Rahmat (Sunan Ampel)
Tahun Lahir 1470 Masehi
Tahun Wafat 1530 Masehi
Tempat Syiar Desa Drajat, Lamongan
Tempat Makam Lamongan

Sejak kecil Sunan Drajat memiliki kecerdasan luar biasa sehingga mampu menguasai materi tentang agama Islam.

Julukannya sebagai Sunan Drajat karena telah berhasil menyebarkan Islam di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan.

Gelar lain yang diberikan oleh Raden Patah kepada Sunan Drajat yakni Sunan Mayang Madu karena keberhasilannya tersebut.

Jika dilihar dari susunan silsilah keluarga, Sunan Drajat termasuk anak yang kedua berasal dari lima bersaudara.

Beliau juga merupakan cucu dari Syekh Maulana Malik Ibrahim yang menjadi satu-satunya pelopor yang pertama kali mengembangkan Islam di Jawa.

Jika silsilahnya ditarik lebih jauh lagi, Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah seorang anak dari Syekh Jamaludin Akbar, atau yang dikenal Jumadil Kubro.

Silsilah tersebut berasal dari keturunan kesepuluh cucu Nabi Muhammad, yakni Sayyidina Husein.

Sunan Drajat memiliki jiwa sosial tinggi selain kegiatannya untuk menyebarkan Islam, Ia juga sangat peduli dengan kaum fakir dan miskin.

Pertama kali yang diupayakannya sebelum menyebarkan Islam adalah mengentaskan kemiskinan agar rakyat bisa bangkit dan makmur.

Simak dan baca : Biografi Sunan Muria

Perjalanan Dakwah Sunan Drajat

Sunan Drajat mengenyam pendidikan pesantren Ampel Denta di Surabaya bersama-sama dengan kakaknya sunan Bonang, kerabatnya sunan Giri.

Pesantren di Ampel Denta yang waktu itu berada di bawah pimpinan Sunan Ampel, ayahnya sendiri.

Beliau mendapatkan perintah untuk menyebarkan agama Islam di wilayah barat Surabaya, terutama berada di pesisir Gresik. Tetapi selama perjalannya menyebrangi lautan, Sunan Drajat mengalami musibah yang tak terduga.

Perahu yang ditumpanginya terhantam badai ombak raksasa yang menyebabkannya tenggelam. dan akhirnya beliau terdampar di desa yang berada di pesisir Lamongan.

Saat berada di desa tersebut, Beliau mendapatkan sambutan hangat tak terduga dari tokoh tetua kampung yang bernama Mbah Mayang Madu serta Mbah Banjar.

Mereka sebelumnya telah diyakini memeluk agama Islam karena adanya bantuan dari beberapa pendakwah lain di Surabaya.

Akhirnya Sunan Drajat memutuskan untuk menetap di Desa Jelak dengan menikahi Nyai Kemuning, yakni putri dari Mbah Mayang Madu.

Beliau mendirikan sebuah surau kecil yang kemudian berkembang menjadi pesantren sebagai tempat para penduduk mengaji.

Desa Jelak yang semula terpencil mulai dikembangkan semakin maju dan juga ramai, nama desa pun akhirnya diubah menjadi Banjaranyar.

Setelah merasa bahwa dakwahnya di Desa Jelak berhasil, Sunan Drajat memutuskan untuk berkelana mencari tujuan dakwah di tempat lain. Beliau melakukan perjalanan dengan jarak 1 kilometer dari desa ke arah selatan.

Di situ terdapat hutan belantara sehingga Sunan Drajat melakukan babad alas untuk pertama kalinya. Sebelumnya, beliau meminta izin terlebih dahulu kepada Sultan Demak 1 untuk memperoleh penetapan tanah di tahun 1486 M.

Sunan Drajat beserta para pengikutnya mulai membangun pemukiman di lahan yang baru dibuka dengan luas sekitar 9 hektar.

Sebelumnya beliau memperoleh sebuah mimpi berupa petunjuk untuk memanfaatkan lahan di sisi selatan perbukitan. Wilayah tersebut diberi nama Ndalem Duwur yang kini berfungsi sebagai kompleks pemakaman.

Beliau juga mendirikan sebuah masjid untuk dijadikan sebagai tempat dakwah sepanjang hidupnya.

Simak dan baca juga : Biografi Sunan Kudus

Ajaran dan Filosofi dari Sunan Drajat

Ajaran Islam yang diberikan oleh Sunan Drajat tidak dilakukan dengan cara memaksa, beliau melakukan metode dakwah bil hikmah, yakni cara yang bijak.

Pendekatannya melalui pengajian yang dilakukan di masjid, memberikan pendidikan pesantren, serta memberikan nasihat atau solusi terhadap berbagai masalah.

Beliau termasuk salah satu pendakwah yang juga menyebarkan Islam melalui kesenian yang kini dilestarikan di Museum Sunan Drajat.

Kesenian itu antara lain berupa tembang-tembang Jawa, yakni tembang pangkur diiringi gending, serta keahliannya dalam memainkan seperangkat alat music gamelan yang disebut Singo Mengkok.

Ajaran Catur Piwulang

Ajaran-Catur-Piwulang-Sunan-Drajat
Ajaran Catur Piwulang di Makan Sunan Drajat

Filosofi kehidupan atau pitutur yang diberikan oleh Sunan Drajat dikenal sebagai “Catur Piwulang”, yang kini masih tercatat pada artegak di kompleks pemakaman.

Catur berarti “Empat” dan Piwulang artinya “Ajaran” , jadi Catur Piwulang adalah 4 ajaran untuk membantu sesama.

Isi dari ajaran Catur Piwulang adalah sebagai berikut :

  1. Wenehono teken marang wong kan wuto
  2. Wenehono pangan marang wong kang keluwen
  3. Wenehono payung marang wong kang kaudanan
  4. Wenehono sandang marang wong kang kawudan

Artinya dalam bahasa Indonesia :

  1. Berilah tongkat kepada orang buta
  2. Berilah sedekah makanan bagi orang kelaparan
  3. Berilah payung atau tempat berteduh bagi orang kehujanan
  4. Berilah pakaian untuk orang yang tidak berpakaian

Simak dan baca : Sunan Gresik

Ajaran Tujuh Sap Tangga

Selain catur Piwulang, Sunan Drajat juga mengajarkan makna filosofi kehidupan yang dinamakan “tujuh sap tangga”, yang dilukis pada kompleks pemakamannya.

Berikut makna dari filosofi tujuh sap tangga :

1. Memangun resep tyasing Sasoma

“Memangun resep tyasing Sasoma” bermakna keharusan bagi kita untuk membuat hati semua orang senang.

2. Jroning suka kudu eling lan waspada

“Jroning suka kudu eling lan waspada” memiliki makna saat kita bahagia kita tidak boleh lupa dan selalu bersyukur kepada Tuhan dan tetap waspada.

3. Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah

“Laksmitaning subrata tan nyipta marang pringgabayaning lampah” yakni ajaran untuk tetap teguh, berusaha keras, dan tidak putus asa untuk mencapai cita-cita luhur.

4. Meper hardening pancadriya

“Meper hardening pancadriya” yakni anjuran untuk menahan besarnya nafsu.

5. Heneng-Hening-Henung

“Heneng-Hening-Henung” berarti saat kita terdiam, maka akan menghadapi suasana hening, dan di situ kita dapat berusaha berdoa untuk mencapai cita-cita mulia.

6. Mulya guna panca waktu

“Mulya guna panca waktu” yakni kebahagiaan yang selalu bisa diperoleh ketika melaksanakan shalat lima waktu teratur.

7. Catur Piwulang

Ajaran yang ke tujuh ini adalah ajaran utama untuk bersosialisasi yang tertuang dalam catur piwulang seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Makna dari catur piwulang, yakni anjuran untuk berbagi ilmu kepada seorang yang masih belum memahami segala sesuatu.

Seperti ajaran untuk bersedekah, ajaran tentang kesusilaan kepada semua orang yang kurang memiliki rasa malu, serta melindungi dan memberikan bantuan kepada setiap orang menderita.

Baca juga : Sejarah Khalifah

Karomah Sunan Drajat

Setiap wali memiki karomah yang menjadi anugerah dari Allah. Simak ulasan berikut tentang karomah sunan Drajat.

1. Di Tolong Ikan Cucut dan Ikan Talang

Ketika kapal yang ditumpaginya karan atau tenggelam di lautan, sang sunan berpegangan pada kayuh atau dayung perahunya.

Sunan Drajat dapat bertahan karena pertolongan Allah. Karena kemudian muncul ikan cucut serta ikan talang atau cakalang yang akhirnya menyelamatkannya.

Kemudian setelah terombang-ambing ombak di lautan luas dan ditolong oleh ikan cucut atau ikan talang ini akhirnya beliau terdampar di desa di pesisir kota Lamongan.

2. Memancarkan Air dari Lubang Bekas Umbi

Ketika sunan Drajat mengadakan perjalalan dakwahnya, beliau dan pengikutnya merasa kehausan. Maka beliau meminta semua untuk istirahat dan mencari air untuk diminum.

Beberapa santrinya mencabut umbi hutan atau wilus untuk diambil airnya. Ketika itu sunan Drajat berdoa kepada Allah agar diberikan air, maka saat itu juga keluar air memancar deras dari bekas cabutan umbi hutan tersebut.

Hingga saat ini air keluaran dari bekas cabutan umbi hutan tersebut masih ada, bahkan dijadikan sumur oleh warga sekitar. Sumur ini menjadi sumur abadi yang ada di daerah itu.

3. Memindahkan Masjid Dalam Waktu Semalam

Ketika sunan sendang Dhuwur meminta masjid kepada Ratu Kalinyamat atau mbok Rondo Mantingan, ia diijinkan membawa masjid bangsawan yang ada di Jepara.

Ratu Kalinyamat mengijinkan untuk memindahkan masjid yang berada di Jepara tersebut unuk dibawa ke desa Sendang Dhuwur.

Namun dengan syarat, ketika nanti memindahkan tidak boleh ada bekas pindahan atau puing-puing pemindahannya. Selain itu juga syaratnya harus dipindahkan dalam satu malam.

Sunan Sendang Dhuwur kemudian meminta bantuan sunan Drajat untuk memindahkan masjid tersebut ke desa Sendang Dhuwur.

Akhirnya dalam waktu semalam masjid yang berada di Jepara bisa dipindahkan oleh sunan Drajat tanpa meninggalkan secuil potongan atau serpihan di tempatnya yang lama,

Esok harinya, warga desa Sendang Dhuwur merasa kaget karena muncul masjid bagus di desanya. Padahal kemarin tidak ada masjid di desanya. Mere ka sangat senang dengan adanya masjid dadakan tersebut.

Kemudian oleh masyarakat desa Sendang Dhuwur digunakan sebagai tempat sholat dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.

Simak dan baca : Sunan Gunung Jati

Makam Sunan Drajat

Makam-Sunan-Derajat

Keberhasilan Raden Syarifuddin dalam mengembangkan Islam menyebabkannya dijuluki sebagai Kadrajat yang berarti seseorang yang diangkat drajatnya.

Dari situlah muncul sebutan Sunan Drajat, sekaligus bergelar Sunan Mayang Madu karena telah berhasil mensejahterakan rakyat.

Beliau dimakamkan di area pesantrennya yaitu di desa Drajat, kecamatan Paciran, kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Komplek makam sunan Drajat memiliki pintu seperti gapura yang berbentuk “Paduraksa” yang terbuat dari kayu. Pagar kayu tersebut disebut dengan “pacak suci” yang berbentuk seperti mahkota.

Jika Anda ingin memahami lebih dekat lagi dengan sejarah beliau, silahkan berkunjung ke museum yang berisi tentang sejarah dan barang-barang peninggalannya.

Di belakang gapura ini terdapat pendopo yang berbentuk limasan yang menjadi tempat para peziarah. Terdapat tulisan isi dari Catur Piwulang di area pendopo tersebut.

Karena berbagai bukti tentang kisah keberhasilan dakwah beliau telah diabadikan di sebuah museum yang dinamakan Museum Sunan Drajat.

Museum ini diresmikan pada 1 Maret 1992 oleh Gubernur Jawa Timur kala itu. Letaknya tepat di samping makam beliau dan keluarganya di Kabupaten Lamongan.

Baca juga : Biografi sunan Kalijaga

Demikian ulasan tentang sejarah sunan Drajat yang menjadi salah satu anggota walisongo yang memilki peran penting dalam penyebaran islam di Lamongan. Semoga artikel ini bermanfaat untuk menambah wawasan Anda.

Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Sunan Kudus

Wahyoeni
6 min read

Sunan Kalijaga

Wahyoeni
16 min read

Sejarah Ilmuwan Islam

Wahyoeni
3 min read

Sunan Ampel

Wahyoeni
7 min read

Sunan Giri

Wahyoeni
7 min read

Sunan Bonang

Wahyoeni
8 min read