Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Sunan Kudus

Simak ulasan tentang √ Biografi sunan Kudus, √ Ajaran sunan Kudus, √ nama asli sunan Kudus dan √ Karomah sunan Kudus berikut ini.


Sunan Kudus

Kisah penyebaran agama Islam yang sangat menakjubkan di tanah Jawa dialami oleh salah satu wali yang memperoleh julukan bagian dari Wali Songo.

Sunan-Kudus-Walisongo
Gambar Ilustrasi Sunan Kudus

Seorang pendakwah tersebut dikenal dengan panggilan Sunan Kudus, dengan nama lengkap Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan.

Kemampuan utama yang dimiliki oleh Sunan Kudus yakni pendalamannya terhadap ilmu Fiqih.

Sunan Kudus merupakan ulama yang terkenal akan ilmunya, dan menjadi seorang imam Syiah di urutan keenam. Cara menyebarkan dan mengembangkan agama Islam yang dilakukannya patut memperoleh penghargaan.

Beliau dikenal sebagai seorang yang disegani banyak masyarakat, dan metodenya pun cukup sulit mengingat kuatnya Hindu-Budha di Indonesia pada waktu itu.

Biografi Sunan Kudus

Sunan Kudus dengan nama asli Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan ini lahir di salah satu kota santri daerah Jawa Tengah.

Beliau adalah seorang anak dari Sunan Ngudung atau Raden Usman Hajji, yakni panglima perang Kesultanan Demak.

Biografi-Sunan-Kudus

Simak ringkasan biografi sunan Kudus berikut ini :

Biografi
Keterangan
Nama Asli Sayyid Jafar Shadiq Azmatkhan
Nama Lain Jafar Shadiq
Nama Ibu
Nama Ayah Raden Usman Hajji (Sunan Ngudung)
Tempat Syiar Kota Kudus
Tempat Makam Kota Kudus

Ayah Sunan Kudus adalah putra kandung Sultan Sayyid Fadhal Ali Murtazha, kemudian melakukan hijrah ke tanah Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Perjalanan ayah Sunan Kudus sangat erat kaitannya dengan Sunan Ampel yang pada saat itu mengajarkan ilmu agama kepada Sunan Kudus.

Istri beliau adalah adik dari Maulana Mahkdum Ibrahim atau sunan Bonang yang sama-sama berguru ke sunan Ampel. Dan beliau menikah dengan anak sunan Ampel yaitu Siti Syarifah (Nyai Ageng Maloka).

Guru lainnya, yakni Kyai Telingsing, yakni ulama berasal dari China untuk menyebarkan Islam bersama Cheng Hoo.

Jafar Shadiq memiliki kecerdasan luar biasa sehingga menduduki posisi bagus di Kesultanan Demak. Antara lain, yakni penasihat khalifah, qadhi, panglima perang, mufti, Imam besar, mursyid tarekat.

Sunan Kudus juga berguru bersama sunan Muria kepada sunan Ngerang (Ki Ageng Ngerang), yaitu kakek dari Ki Ageng Mertani sebagai pemikir utama terbentuknya Mataram.

Perjalanan Dakwah Sunan Kudus

Jafar Shadiq atau Sunan Kudus memiliki ayah yang saat itu menjadi Senopati Demak, dan menjadi pemimpin untuk melawan pasukan dari Kerajaan Majapahit.

Beliau telah gugur saat melawan Adipati Terung yang kemudian memeluk Islam dan mengubah namanya menjadi Husein. Ayahnya pun telah melakukan perjalanan dakwah yang panjang di daerah Kudus serta sekitarnya..

Cara penyampaian dan penyebaran agama Islam oleh ayah dan anak ini sama-sama dengan metode yang baik, halus, tidak memaksa sehingga banyak masyarakat yang berhasil memeluk Islam.

Sunan Kudus dikenal sebagai wali dan pendakwah yang senang mengembara hingga ke Makkah saat menunaikan ibadah haji.

Perjalanan dakwah Sunan Kudus tergolong sebagai usaha yang cukup keras dan amat sangat sulit. Karena mengingat kuatnya keyakinan masyarakat Jawa terhadap ajaran Hindu Budha.

Salah satu cara yang dilaluinya yakni melakukan kulturasi budaya Hindu Budha dengan nilai-nilai Islam.

Sejarah ini perlu diketahui oleh masyarakat luas karena dakwah yang dilakukan Sunan Kudus merupakan awal mula dari pembentukan toleransi Islam di Nusantara, khususnya tanah Jawa.

Simak dan baca : Sunan Gunung Jati

Filosofi Kehidupan yang Diajarkan Sunan Kudus

Perjalanan dakwah Jafar Shadiq pada waktu itu tergolong amat susah karena berhadapan secara langsung dengan kuatnya ajaran Hindu Budha yang dianut oleh masyarakat Nusantara.

Meskipun ajaran yang dianutnya semula adalah Syiah, beliau mampi memberikan syiar dengan metode yang baik melalui akulturasi budaya. Cara ini satu-satunya jalan agar masyarakat bisa memeluk agama Islam pada waktu itu.

Sunan Kudus memberitahukan kepada mereka bahwa Islam memiliki sikap toleransi yang tinggi, termasuk pada penganut agama Hindu. Cara Sunan Kudus untuk meyakinkan dan mendekati masyarakat Hindu amatlah sulit.

Beliau berusaha melakukan akulturasi budaya salah satunya dengan membangun masjid yang berbentuk hampir mirip dengan candi Hindu.

Menara-Masjid-Kudus

Sementara dakwah lain yang dilakukan kepada para pemeluk agama Budha hampir sama dengan pendekatannya terhadap para pemeluk agama Hindu.

Sunan Kudus membangun sebuah tempat yang digunakan untuk berwudlu berupa delapan titik pancuran. Setiap sumber pancuran bahkan dipasang arca Kebo Gumarang yang sangat dihormati dalam agama Budha.

Para pemeluknya pun merasa penasaran dan mulai memasuki area masjid. Secara perlahan tapi pasti mereka mulai terpengaruh tentang ajaran yang dibawa oleh Sunan hingga akhirnya memeluk agama Islam.

Perjuangan Sunan Kudus tidak berhenti sampai di situ, beliau juga berusaha untuk mengubah kepercayaan saat melakukan ritual mitoni atau selametan.

Ritual tersebut pada dasarnya dilakukan sebagai wujud syukur kepada dewa-dewa yang berbentuk patung dan arca karena dikaruniai kelahiran seorang anak.

Hal ini kemudian diluruskan oleh Sunan, dengan cara mengubah ritual syukur hanya dilakukan untuk Allah.

Sesajen yang biasa digunakan untuk memberikan rasa syukur digantikan dengan pemberian makanan kepada sesame warga dengan tujuan bersedekah.

Berbagai kegiatan ritual pun diubah dengan menambahkan bacaan-bacaan doa yang diperbolehkan dalam Islam.

Simak dan baca : Biografi Sunan Ampel

Keberhasilan Sunan Kudus Mengembangkan Agama Islam

Keberhasilan yang telah dicapai oleh Sunan Kudus dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa bisa dibuktikan melalui beberapa bangunan dan peninggalan pusaka.

Antara lain yakni Menara dan Masjid Kudus, yang nama aslinya yakni Masjid Al Aqsa Manarat Qudus. Bangunan ini cukup unik karena memiliki gaya arsitektur khas dari perpaduan tiga agama, yakni Islam, Hindu, dan Budha.

Hasil karya tersebut memperlihatkan bahwa pernah akulturasi nilai-nilai Islam dengan tradisi agama lain memang benar adanya.

Masjid ini dibangun pada 1549 Masehi, hingga kini masjid tersebut ramai dikunjungi oleh masyarakat luas. Tujuannya untuk menunaikan ibadah shalat, berdoa, dan melakukan ziarah.

Beberapa peninggalan lainnya yang cukup unik dari Sunan Kudus, yakni Keris Cintoko, dua tombak, serta hasil karya seni berupa tembang.

Karya tembang yang cukup terkenal yakni Tembang Asmarandana, isinya berupa nasihat dan nilai-nilai penting dalam ajaran Islam.

Tembang ini menjadi salah satu metode agar Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Hindu Budha pada saat itu.

Simak dan baca : Biografi Sunan Gresik

Ajaran Sunan Kudus

Ajaran sunan Kudus hampir mirip dengan ajaran dari beberapa sunan lainnya. Seperti sunan Kalijaga yang dalam syiar islam masih menggunakan pendekatan dengan tembang atau wayang.

Ajaran beliau melalui pendekatan-pendekatan kepada masyarakat saat itu melalui tembang, wayang dan seni kebudayaan lainnya.

Dalam mengajarkan atau melakukan dakwah, sunan Kudus sangat berhati-hati, karena memang masyarakat pada waktu masih kuat dalam menganut agama Hindu dan Budha.

Berikut ulasan tentang ajaran sunan Kudus :

1. Toleransi

Sunan Kudus memiliki permintaan yang diberikan kepada masyarakat agar tidak menyembelih sapi pada saat Idul Adha. Ha ini dikarenakan bbinatang sapi sangat dihormati oleh masyarakat Hindu Budha pada waktu itu.

Sebagai gantinya, mereka dapat menyembelih kurbau sebagai hewan kurban. Kepercayaan tersebut hingga kini masih dilakukan oleh masyarakat Kudus hingga sekarang.

Sikap toleransi yang dicetuskannya pun menjadi kunci agar masyarakat sesama muslim bisa hidup rukun berdampingan dengan sesamanya dan golongan lain yang berbeda.

Sama seperti halnya kehidupan masyarakat yang terjadi di saat itu.

2. Gusjigang

Sunan Kudus meninggalkan ajaran “Gusjigang” yang mengajarkan bagaimana mengajarkan hidup di dunia dan di akherat.

Ajaran ini selalu disampaikan kepada semua santrinya di sekitar kota Kudus dan sekitarnya. Gusjigang adalah kependekan dari “Bagus, Ngaji dan Dagang”.

“Gus” berarti bagus ahlaknya, Ji” yang berarti rajin mengaji dan “Gang” yang berarti dagang.

Maksud dari sunan Kudus adalah selain mementingkan duniawi, harus diimbangi dengan kehidupan untuk akherat, sebagaimana yang tersirat dalam ajaran Gusjigang tersebut.

Maka tidak mengherankan jika kota Kudus adalah kota yang memiliki perkembangan ekonomi yang sangat pesat. Hingga saat ini kota Kudus masih terkenal dengan kemajuan ekonominya sebagai kota kretek.

Simak dan baca juga : Biografi Sunan Drajat

Karomah Sunan Kudus

Sebagai seorang wali, beliau memiki karomah dari Allah. Simak ulasan berikut tentang karomah sunan Kudus.

Karomah-Sunan-Kudus
Sumber Gambar ebookanak.com

1. Dapat Menyembuhkan Penyakit Atas Ijin Allah

Ketika sunan Kudus menunaikan Haji ke tanah arab. Masyarakat di kota tersebut sedang terkena wabah penyakit.

Pemerintahan di kota arab mengadaka sayembara untuk siapa yang bisa menyembuhkan wabah yang terjadi saat itu, akan diberi hadiah.

Dan akhirnya sunan Kudus menyanggupi untuk dapat menyembuhkan wabah yang terjadi saat itu.

Atas ijin Allah, sunan Kudus dapat menyembuhkan penyakit wabah yang menjangkiti masyarakat. Maka atas jasanya, beliau akan diberi hadiah oleh Amir dari arab. Namun sunan Kudus menolaknya.

Beliau malah meminta sebuah batu yang berasal dari Baitul Maqdis. dan batu aitu dibawa oleh beliau ke Jawa dan diletakkan di area imam di masjid Kudus.

2. Dibantu Tikus dan Tawon Saat Perang

Waktu beliau menjadi senopati kerajaan Demak, wilayah kerajaan semakin meluas hingga ke Madura dan wilayah barat sampai Cirebon.

Keahlian strategi perang beluai ditambah dengan kesaktian beluai yang tinggi membuat beliau menjadi senopati yang disegani.

Beliau memiliki semacam rompi (bodong) yang dipakai jika sedang berperang. Dan dari baju rompi tersebut, keluar banyak tikus yang ikut membantu perang melawan pasukan Majapahit.

Tikus-tikus itu sangat kuat dan saktii, jika dipukul atau ditikam, bikan malah mati, tetapi malah menjadi besar dan semakin ganas menyerang musuh. Hal ini membuat pasukan Majapahit lari tunggang langgang.

Sunan Kudus juga memiliki sebuah peti yang kalau dibuka akan mengeluarkan berjuta-juta lebah. Ketika perang, banyak pasukan Majapahit yang mati karena sengatan lebah tersebut.

Ini pernah terjadi ketika beliau perang melawan pasukan Majapahit yang dipimpin oleh Adipati Terung. Akhirnya Adipati Terung menyerah kalah kepada Jafar Shadiq.

3. Beradu Kesaktian Dengan Ki Ageng Kedu

Kisah ki Ageng Kedu ini hampir mirip dengan kisah Brahmana dari India yang ingin adu kesaktian kepada sunan Bonang. Juga kisah Begawan Minto Semeru yang beradu kesaktian dengan sunan Giri.

Ki Ageng Kedu ini ingin beradu kesaktian dengan sunan Kudus dengan pergi mengendarai tampah terbang miliknya agar segera sampai di Kudus.

Sesampai di Kudus, Ia tetap berada di tampah terbangnya dan berkoar-koar untuk mengadu kesaktian dengan sang sunan.

Sang sunan keluar dari rumahnya dan meminta ki Ageng Kedu untuk turun. Namun permintaan beliau ditolak oleh ki Ageng Kedu.

Sunan Kudus kemudian menunjuk ke arah tampah terbang tersebut dan tiba-tiba tampah terbang tersebut oleng dan membuat ki Ageng Kedu terjatuh ke comberan atau Jember.

Dengan kejadian ini ki Ageng Kedu merasa kalah dengan kesaktian sunan Kudus dan tidak ingin mengganggu lagi.

Makam Sunan Kudus

Makam-Sunan-Kudus

Wafatnya Sunan Kudus saat menyebarkan agama Islam sangatlah mulia.

Beliau meninggal dengan posisi sedang bersujud saat menjadi Imam ketika menunaikan shalat subuh di Masjid Menara Kudus.

Dan beliau dimakamkan di kawasan masjid Jami’ menara Kudus yang dulunya sebagai masjid tempat beliau berdakwah dan melakukan syiar islam.

Berbagai peninggalannya pun akhirnya memperoleh penghormatan serta dilestarikan hingga kini.

Hal itu merupakan salah satu bukti bahwa penyebaran Islam di tanah Jawa tidak semudah yang dibayangkan banyak orang pada umumnya, seperti yang terjadi di masa kini.

Simak dan baca juga : Sejarah Khalifah Islam

Demikian ulasan tentang biografi dan sejarah Sunan Kudus. Sampai sekarang menara Kudus sebagai peninggalan beliau masih selalu ramai dikunjungi para peziarah dari seluruh pelosok nusantara. Semoga ulasan tentang sunan Kudus ini menambah wawasan Anda.

Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Sunan Kalijaga

Wahyoeni
16 min read

Sejarah Ilmuwan Islam

Wahyoeni
3 min read

Sunan Drajat

Wahyoeni
6 min read

Sunan Ampel

Wahyoeni
7 min read

Sunan Giri

Wahyoeni
7 min read

Sunan Bonang

Wahyoeni
8 min read