Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Doa Ketika Turun Hujan

Hujan adalah anugerah dari Allah. Silahkan simak √ doa turun hujan, √ doa ketika hujan lebat dan √ doa setelah hujan pada artikel ini.


Apa yang perlu kita lakukan saat hujan turun?

Hendaknya kita bersyukur kepada Allah atau nikmat hujan yang telah diberikan. Karena, sesungguhnya hujan adalah pemberian rahmat dan keberkahan dari-Nya.

Doa Turun Hujan

Doa-Ketika-Hujan-Deras

Ketika turun hujan, Rasulullah sangat bergembira dengan datangnya hujan hingga beliau ber-tabarruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.

Diceritakan, pada suatu ketika Rasulullah pernah kehujanan. Lalu, beliau menyingkapkan bajunya hungga terguyur hujan.

Para sahabat mengatakan, “Ya Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian?”

Kemudian, Rasulullah bersabda, “Sebab, ia (hujan) baru saja diciptakan Allah Swt.” (HR.Muslim).

Imam Nawawi menjelaskan:

“Hadits ini mengandung makna bahwa hujan itu rahmat, yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh Allah. Oleh karena itu, Nabi Muhammad ber-tabarruk (mengambil berkah) dari hujan tersebut.”

Di samping bersyukur dan ber-tabarruk dengan hujan. Kita juga disunnahkan untuk membaca doa ketika turun hujan berikut.

Doa Turun Hujan

Doa-Turun-HujanBacaan Doa Turun Hujan Arab

اَللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا

Bacaan Doa Turun Hujan Latin

“Allahumma shoyyibian naafi’an”

Arti Doa Turun Hujan

“Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.” (HR.Bukhari).

Dalam doa ketika turun hujan ini, kita meminta kepada Allah agar diberi hujan yang membawa manfaat, yaitu hujan yang membawa keberkahan kehidupan dan kegembiraan bagi makhluk-makhluk di bumi.

Karena pada hakikatnya, hujan adalah sumber rahmat dan berkah dari Allah yang diberikan kepada semua mkhluk hidup di bumi.

Maka, secara tersirat doa ini memberi pesan kepada kita agar senantiasa mencintai alam, memelihara dan menjaga alam tersebut. Serta melestarikannya sehingga hujan yang turun benar-benar mewujudkan rahmat, dan keberkahan, bukannya bencana atau petaka.

Selain membaca doa ketika turun hujan tersebut, kita juga dianjurkan berdoa dengan doa kebaikan apa saja yang kita inginkan. Karena, saat turun hujan adalah saat yang mustajab untuk doa-doa yang kita panjatkan.

Nabi Muhammad bersabda:

اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ

Artinya:

“Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan yaitu : Saat bertemunya dua pasukan (tantara yang bertempur). Saat menjelang shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun.” (HR.Baihaqi).

Simak dan baca juga : Doa Bepergian

Doa Ketika Hujan Lebat

Tidak bisa dipungkiri bahwa selain membawa rahmat, terkadang turunnya hujan juga bisa mengakibatkan bencana bagi sebagian orang atau sekelompok orang.

Disamping kegembiraan dan keceriaan, hujan yang turun juga bisa menyebabkan duka lara serta jerit tangis manusia.

Tidak sedikit rumah-rumah hanyut terbawa arus banjir sehingga menghabiskan seluruh harta benda dan menewaskan semua penghuni di dalamnya. Tidak sedikit rumah-rumah yang tertimbun tanah karena tanah longsor akibat hujan deras.

Musibah banjir sudah ada sejak dahulu kala. Dulu, negeri Saba’ yang terkenal subur dan makmur pernah ditimpa banjir besar yang menggantikan kemakmuran kaumnya dengan derita yang melanda mereka.

Bahkan, umat Nabi Nuh pernah ditimpa banjir bandang yang memusnahkan hampir seluruh makhluk di bumi.
Jika kita amati, musibah banjir saat ini lebih sering kita temui daripada dulu.

Panorama alam yang dulu terlihat begitu indah saat turun hujan, sekarang sudah tak tampak lagi. Lingkungan di sekitar sungai, anak sungai, maupun saluran air mikro lainnya yang dulu mengasyikkan dan terlihat indah dipandang mata, sekarang makin tak terurus dan banyak sampah.

Sungai-sungai yang dulunya mengalirkan air dengan membawa keberkahan ikan-ikannya, sekarang justru membawa sampah-sampah dari pabrik dan perumahan penduduk. Genangan air terjadi di sana-sini. Tumpukan sampah terlihat di mana-mana.

Jika dahulu siraman hujan amat begitu menggembirakan, sekarang ini justru sering menimbulkan kecemasan.

Dahulu kita tidak perlu khawatir pergi ke luar rumah jika turun hujan, tapi sekarang hampir setiap orang merasa khawatir dan cemas.

Apalagi jika hujan kemudian menumpahkan airnya selama beberapa jam, bisa-bisa semua orang merengut karena khawatir banjir akan datang. Hati mulai was-was saat hujan turun.

Tidak hanya daerah kawasan rawan banjir saja yang takut hujan, tapi hampir di setiap tempat orang selalu cemas jika turun hujan lebat.

Orang yang tinggal di daerah perbukitan atau pegunungan takut jika terjadi longsor. Orang yang bertempat tinggal di dekat bantaran sungai resah jika tiba-tiba airnya meluap.

Dampak dari semua ini adalah banyaknya suara keluhan saat turun hujan. Ketika hujan dirasa mengganggu aktivitas, timbullah kata-kata keluhan dari mulut seseorang, seperti, “Aduh! Hujan lagi, hujan lagi”, dan sebagainya.

Orang yang tempat kerjanya melewati jalan raya mengeluh dengan jalanan yang tambah padat karena hujan dan genangan air. Orang yang bekerja di sawah atau di ladang mengaduh karena aktivitas kerjanya menjadi terhenti.

Adapun orang yang bekerja di rumah atau di kantor juga ikut mengeluh karena susah keluar dari tempat kerja akibat hujan.

Tidak cukup hanya keluhan, bahkan nada semacam protes dan cacian pun tak luput keluar dari mulut. Marah-marah karena jemuran pakaian yang baru dikeringkan terguyur hujan.

Ngedumel karena jalanan yang licin dan macet. Jengkel karena atap rumah yang bocor. Ngomel-ngomel sebab kehujanan di jalan, dan sebagainya. Inilah yang tanpa kita sadari sering kita lakukan.

Sungguh, jika kita mau merenungkannya, kata-kata seperti itu tidak ada manfaatnya sama sekali dan hanya akan mengundang kemurkaan Allah.

Mencela makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti masa (waktu) adalah hal yang dilarang.

Nabi Muhammad bersabda:

“Allah Berfirman, “Manusia menyakiti Aku, Ia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Akulah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Hal yang perlu kita lakukan saat hujan turun lebat adalah berdoa, bukan dengan mengeluh, apalagi marah-marah.

Ingatlah bahwa yang menurunkan hujan itu adalah Allah, dan yang menimpakan bencana dengan hujan adalah Allah. Karena itu, hal terbaik yang perlu kita lakukan saat turun hujan adalah berdoa kepada Allah.

Memohon kebaikan hujan dan meminta perlindungan dari kemudharatan yang bisa ditimbulkannya.

Diriwayatkan pada jaman Rasululullah dulu, pernah terjadi hujan lebat, lalu seseorang lelaki mendatangi beliau ketika sedang khutbah Jumat dan berkata:

“Wahai Rasulullah, harta benda telah rusak, jalan-jalan terputus atau macet, berdoalah kepada Allah agar Dia memberhentikannya (hujan).”

Kemudian, Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan membaca doa ketika hujan lebat.

Doa Ketika Hujan Lebat

Doa-Ketika-Hujan-Lebat

Bacaan Doa Ketika Hujan Lebat Arab

اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا,اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ

Bacaan Doa Ketika Hujan Lebat Latin

“Allahumma haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.”

Arti Bacaan Doa Ketika Hujan Lebat

“Wahai Tuhanku! Turunkanlah hujan di sekitar kami, dan janganlah musnahkan kami. Ya Allah! Engkau turunkanlah ia di atas gunung-gunung dan bukit-bukit, di lembah-lembah, dan tempat tumbuhnya pokok-pokok (pepohonan).” (HR.Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi berkata:

“Dalam hadits ini, terdapat kesunnahan meminta berhentinya hujan di rumah-rumah dan jalan-jalan ketika terjadi hujan lebat dan tertimpabahaya karenanya. Tetapi, tidak disyariatkan untuk menjalankan shalat dan juga berkumpul di lapangan.”

Ada hal menarik dalam doa ketika hujan lebat yang diungkapkan oleh Rasulullah diatas.

Dalam doa tersebut, beliau tidak meminta diputuskannya hujan dari asalnya.

Tetapi beliau hanya meminta dihilangkan mudharatnya dan dihindarkan bahayanya dari rumah-rumah, bangunan-bangunan, dan jalan-jalan.

Yaitu sekiranya orang yang di rumah atau orang yang sedang bepergian tidak tertimpa bahaya karena hujan lebat.

Simak dan baca juga : Doa Ketika Ada Angin Kencang

Sementara itu, beliau tetap meminta keberlangsungan hujan di tempat-tempat yang memang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

Yaitu di bukit-bukit, lembah-lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan, supaya hujan itu bisa memberi manfaat kesuburan bagi pepohonan dan tanaman di sana.

Hujan yang turun di pegunungan dan mengalir melewati sungai-sungai membawa sumber mineral yang memberikan manfaat besar bagi manusia.

Tetesan hujan yang membasahi tanah perbukitan dan lembah-lembah yang ditumbuhi pepohonan akan menyebabkan kesuburan tanaman dan pepohonan. Kodisi ini akhirnya menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh manusia dan hewan untuk bernapas.

Di samping itu, juga dapat menghasilkan buah-buahan dan makanan yang diperlukan sebagai sumber energi kehidupan.

Simak dan baca juga : Doa Rezeki Lancar

Doa Setelah Hujan

Sebagaimana kita ketahui bahwa saat turun hujan merupakan saat turunya rahmat dan berkah dari Allah. Dalam kondisi yang demikian, kita selayaknya juga mengungkapkan rasa syukur kepada Allah setelah hujan itu berhenti.

Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahwasannya Nabi Muhammad melakukan shalat subuh Bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya.

Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan:

“Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian?”

Kemudian, mereka berkata, “Allah Swt dan rasul-Nya yang lebih mengetahui,”

Doa Setelah Hujan

Doa-Setelah-Hujan

Bacaan Doa setelah Hujan

مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ

Bacaan Doa setelah Hujan Latin

“Muthrna bi Fadhlillaahi wa Rahmatihi.”

Arti Bacaan Doa Setelah Hujan

kita diberi hujan karena karunia dan rahmat-Nya.”

Rasulullah bersabda:

“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir (kepada-Ku). Siapa yang mengatakan, “Muthrna bi Fadhlillaahi wa rahmatih” (kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepada_ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan siapa yang mengatakan, “Muthirna binnai kadza wa kadza’ (kita diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepada-Ku dan beriman pada bintang0bintang.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Simak dan baca : Doa Ketika Mendengar Petir

Makna Doa Setelah Hujan

Dalam hadits ini setidaknya terkandung dua pelajaran:

1. Tentang dalil disunnahkannya mengucapkan, “Muthirna bi fadhillahi wa rahmatih”

Mengucapkan “Muthirna bi fadhillahi wa rahmatih” yang artinya “kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah”.

Setelah turun hujan, sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan. Dengan mengucapkannya, maka kita telah melakukan syukur kepada Allah. Di samping itu, kita juga telah menutup pintu untuk tumbulnya kesyirikan kepada selain Allah.

2. Mengatakan, “Muthirna binnai kadza wa kadza”

Hadits ini mengandung maksud bantahan Rasulullah terhadap kaum Jahiliah yang mengatakan “Muthirna binnai kadza wa kadza” yang artinya “kita diberi hujan karena sebab bintang ini”.

Jumhur ulama berpendapat:

“Jika seseorang megucapkan ucapan ini dengan meyakini bahwa bintang itulah yang sebagai pembuat, pengatur, dan menurunkan hujan dan bintang itu hnya sebagai alamat atau tanda waktu menurut adat kebiasaan yang berlaku, makai a tidaklah kafir. Karena, yang ia maksud dengan ucapannya itu sebenarnya adalah “kita diberi hujan pada waktu ini, bukan kita diberi hujan karena sebab penciptaan bintang ini.”

Namun demikian, mayoritas ulama menganggap makruh mengucapkan ucapan ini, yakni terbilang sebagai makruh tanzih (makruh yang tidak menimbulkan dosa).

Sebab, kemakruhan ini karena ucapan tersebut di antara ucapan kekafiran dan lainnya sebagai orang yang mengucapkannya diduga jelek. Dan, karena ucapan itu merupakan syiar orang-orang jahiliah.

Imam Syafi’I berkata dalam al-Umum:

“Barang siapa berkata, ‘Hujan turun brekat karunia Allah dan rahmat-Nya,’ maka itu merupakan bentuk keimanan kepada Allah. Sebab, ia tahu bahwa tidak ada yang mampu menurunkan hujan dan memberi, kecuali Allah semata.”

“Adapun orang yang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini dan itu,’ sebagaimana yang dikatakan oleh kaum musrik, maksudnya adalah menisbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, maka itu adalah kekufuran, seperti yang dikatakan Rasulullah.”

“Sebab, nau’ (gugusan bintang) adalah petunjuk waktu, dan waktu itu adalah makhluk. Sedikit pun tidak kuasa terhadap dirinya sendiri, apalagi terhadap yang lain. Tidak kuasa menurunkan hujan dan tidak kuasa melakukan apa pun.”

“Adapun orang yang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini,’ ucapan seperti itu tidaklah kufur. Namun, ucapan-ucapan lain lebih aku sukai daripadanya. Aku (asy-syafi’i) lebih menyukai ucapan,’Hujan turun pada waktu ini.”

Ulama al-Muhaqqiqin berkata:

“Barang siapa menisbatkan suatu perbuatan kepada masa secara hakiki, makai a telah kafir. Dan, barang siapa lisannya mengucapkan kata-kata itu dengan tanpa meyakini hal tersebut, makai a tidaklah kadir. Tapi, mebgucapkannya termasuk sesuatu yang makruh karena menyerupai dengan orang-orang kafir secara mutlak.”

Jadi, jika seseorang mengatakan, “Hujan turun karena bintang ini,” .

Dan maksud dari ucapan itu hanya sebagai pertanda waktu atau musim saja, sedangkan ia tetap meyakini bahwa ketentuan hujan itu tetap ada pada kehendak dan kuasa Allah. Maka ia tidaklah kufur dengan ucapan itu.

Sebab, Allah sebenarnya telah menciptakan waktu musim panas, musim dingin, musim semi, dan musim-musim lainnya, berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan-Nya.

Allah berfirman dalam Al Quran surah Yunus ayat 5:

ہُوَ الَّذِیۡ جَعَلَ الشَّمۡسَ ضِیَآءً وَّ الۡقَمَرَ نُوۡرًا وَّ قَدَّرَہٗ مَنَازِلَ لِتَعۡلَمُوۡا عَدَدَ السِّنِیۡنَ وَ الۡحِسَابَ ؕ مَا خَلَقَ اللّٰہُ ذٰلِکَ اِلَّا بِالۡحَقِّ ۚ یُفَصِّلُ الۡاٰیٰتِ لِقَوۡمٍ یَّعۡلَمُوۡنَ

Artinya:

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) krpada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus ayat 5).

Diriwayatkan dari Umar bin Khatab Ra. Bahwasannya ia berkata di atas mimbar pada hari jum’at, “Berapakah gugusan bintang yang masih terlihat?”

Al-Abbas bangkit dan berkata, “Tidak ada satu pun yang terlihat, kecuali suara lolongan.”

Maka, Umar pun berdoa dan orang-orang pun ikut berdoa kemudian turun mimbar. Tidak lama kemudian, turunlah hujan sehingga orang-orang bersuka cita menyambutnya.

Perkataan Umar tersebut bertujuan untuk menjelaskan kepada orang-orang bahwa Allah telah menetapkan waktu turunnya hujan menurut pengalaman yang biasa mereka alami selama ini.

Sebagaimana mereka ketahui bahwa Allah telah menetapkan waktu musim panas dan musim dingin menurut pengalaman yang biasa mereka alami.

Simak dan baca juga : Doa Naik Kendaraan

Demikian ulasan tentang doa ketika turun hujan, doa ketika hujan lebat dan doa setelah hujan. Hujan adalah nikmat Allah yang harus kita syukuri, karena hujan memberikan manfaat yang luar biasa bagi seluruh makhluk hidup di dunia ini.

Wahyoeni ✓ Seorang Muslimah yang gemar ✓ Menulis dan ✓ Kuliner. Senang mencoba dan berbagi suatu pengalaman baru ❤.

Doa untuk Anak Ulang Tahun

Wahyoeni
4 min read

Doa untuk Anak Sakit

Wahyoeni
4 min read

Doa untuk Anak Perempuan

Wahyoeni
4 min read

Doa Anak Baru Lahir

Wahyoeni
4 min read

Doa Masuk Kelas

Wahyoeni
4 min read

Doa Masuk Kamar Tidur

Wahyoeni
3 min read